Rinai hujan boleh saja menghalangi dirimu untuk bangkit dari peraduan
Aku tidak melarangmu berbaring seharian
Tapi Sayang, jarum jam kita belum berhenti berdetik
pergi perlahan memungut sisa-sisa waktu kita berdua
Dalam suatu lini yang terkadang fiksi.
Firasatku mengatakan bahwa merangkak tua belum menjadi kepastian kita
Bagaimana kalau Para Dewa bersekongkol memisahkan kita?
Abrasi dan erosi menghunjam tanah dan karang yang kita pijak, Sayang.
Aku enggan tenggelam dalam rutinitas
di mana kini jiwa muda kita menggelegak.
Dunia bukan milik kita berdua, Sayang.
Suatu saat kita hanya akan menjadi memoar dalam hati manusia-manusia yang menyayangi kita.
Semoga apa yang kita tinggalkan menjadi kenangan indah, Sayang.
Aku tidak melarangmu berbaring seharian
Tapi Sayang, jarum jam kita belum berhenti berdetik
pergi perlahan memungut sisa-sisa waktu kita berdua
Dalam suatu lini yang terkadang fiksi.
Pantai kita, sumber dari sini |
Firasatku mengatakan bahwa merangkak tua belum menjadi kepastian kita
Bagaimana kalau Para Dewa bersekongkol memisahkan kita?
Abrasi dan erosi menghunjam tanah dan karang yang kita pijak, Sayang.
Aku enggan tenggelam dalam rutinitas
di mana kini jiwa muda kita menggelegak.
Dunia bukan milik kita berdua, Sayang.
Suatu saat kita hanya akan menjadi memoar dalam hati manusia-manusia yang menyayangi kita.
Semoga apa yang kita tinggalkan menjadi kenangan indah, Sayang.
Komentar
Posting Komentar